“Happiness is not out there, it’s in you”. (anonim)
Resep apa lagi yang ingin ditawarkan untuk meredakan bencana yang sedang melanda dunia ini?. Teori apa lagi yang ingin dipakai?. Bukankah sudah cukup banyak, dan tak perlu ada tambahan “khotbah” baru?.
Badai kali ini memang mencekam. Paling tidak, di sepanjang ingatan hidup saya. Kota demi kota terimbas. Negara demi negara terpapar. Malapetaka datang tiba-tiba, bergerak dengan sangat cepat, dengan dimensi yang beraneka ragam. Agenda tersembunyi ikut memboncengnya. Bertumpuk menjadi satu, menghantam peradaban. Tanpa kecuali. Semua aspek, kesehatan, sosial, politik, keamanan, budaya, industri dan ekonomi, keok tak berdaya. Bom atom Hiroshima dan Nagasaki membakar 2 kota. “Bom” ini menghancurkan ratusan kota, merata di seluruh dunia.
Ada banyak testimoni bagaimana virus ini dapat ditaklukkan. Sebetulnya resep ini dapat dipakai tidak hanya untuk bencana kali ini saja. Semua hiruk-pikuk, gundah-gulana, galau, frustasi atau depresi konon bisa dilibas tuntas, bablas angine. Tidak hanya menyembuhkan, tapi meningkatkannya sampai keadaan yang jauh lebih baik daripada sembuh.
Yang menarik, resepnya mudah. Lebih tepatnya, gampang-gampang susah. Simak saja ungkapan di awal artikel ini. “Ia ada di dalam diri kita, bukan di luar, bukan jauh di sana”. Teorinya mudah ditulis, tapi (sangat) sulit dilaksanakan. Lantas, apa itu?. Atau, bagaimana itu?.
Sekilas ingat teori yang pernah sedikit saya simak dalam lingkup Psikologi. Penelitian dilakukan oleh seorang pakar Psikologi bernama Martin Seligman. Orang menyebutnya sebagai “positive psychology” atau “psikologi positif”.
Seligman mengenalkan teorinya pada pertengahan tahun 1998, saat dia menjabat Presiden dari “The American Psychological Association” dan menjadikannya tema utama dari kepemimpinannya di Asosiasi. Dia menulis kalimat pertama dalam buku legendarisnya, “Authentic Happiness”, yang kemudian menjadi benih teori itu berkembang pesat sampai sekarang.
Info Webinar : 08113405557